BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia
merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban mentaati semua
perintahnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia juga merupakan makhluk sosial
yang melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, individu dan
kelompok serta antara kelompok dan kelompok. Dalam melakukan proses interaksi
sosial ini kadang terjadi perbedaan pendapat diantara masyarakat yang nantinya
akan menjadi sebuah konflik. Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat
dihindarkan dari manusia yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Bisa
dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau
lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain.
Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang melihat masyarakat
manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui
konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bisadisimpulkan bahwa sebagai
masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di
kehidupan kita. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai
sumber-sumber yang menjadi patokan atau pemicu munculnya konflik antar individu
maupun antar kelompok sosial.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan konflik dan kebudayaan?
2. Bagaimana cara mengatasi terjadinya konflik?
3. Apa saja yang menjadi faktor terjadinya suatu konflik?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya.
2. Menambah pengetahuan tentang konflik dan kebudayaan.
3. Mengetahui macam-macam teori konflik.
D. Metode Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya.
2. Menambah pengetahuan tentang konflik dan kebudayaan.
3. Mengetahui macam-macam teori konflik.
D. Metode Penulisan
Metode
yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi kepustakaan
yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang Pendidikan Sosial
Budaya serta mencari sumber materi dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Definisi Konflik dan Kebudayaan
Konflik
berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang
dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara
satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya
sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Berstein (1965), Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Kebudayaan atau Culture berasal dari bahasa latin Colore yang artinya pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kebudayaan, akar katanya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah yang berarti budhi atau akal. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan istilah Cultural-Determinism yaitu, segala sesuatu yang ada di masyarakat ditentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi, diperoleh pengertian tentang kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Indikator Konflik
Menurut Nasikun, ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk menilai intensitas konflik, khususnya yang terjadi di indonesia, antara lain sebagai berikut:
- Demontrasi, yang dimaksud dengan demonstrasi disini adalah sejumlah orang yang tidak menggunakan kekerasan mengorganisir untuk melakukan protes terhadap suatu rezim pemerintahan atau terhadap pimpinan, atau terhadap ideologi, kebijaksanaan, tindakan yang sedang direncanakan rezim.
- Kerusuhan, pada dasarnya sama dengan demonstrasi. Perbedaannya adalah kerusuhan menggunakan kekerasan fisik, yang diikuti dengan perusakan barang-barang, perbedaan lainya adalah kerusuhan ditandai oleh spontanitas sebagai suatu akibat dari suatu insiden.
- Serangan bersenjata, yaitu suatu tindakan kekerasan yang dimaksudkan untuk melemahkan atau menghancurkan kekuasaan kelompok lain.
- Indikator yang berhubungan atau akibiat dari kerusuhan, serangan bersenjata, demonstrasi, indikator tersebut adalah jumlah kematian akibat kekerasaan.
- Govermental sanction, adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh penguasa untuk meniadakan suatu ancaman terhadap keamanan pemerintahan, rezim yang berkuasa.
C. Teori-teori Penyebab
Konflik
Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori tentang penyebab konflik.
Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori tentang penyebab konflik.
1.
Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap
bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan
permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
2.
Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalamai konflik.
3.
Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi
bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik,
mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas,
pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan.
4.
Teori Identitas
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar
pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
5.
Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara
berbagai budaya yang berbeda.
6. Teori
Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
D. Faktor-faktor Penyebab Konflik
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
D. Faktor-faktor Penyebab Konflik
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalin hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman tentu perasaan setiap warga berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda
Seseorang
sedikitnya akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memiicu konflik.
3.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok manusia memiliki perasaan,
pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan
latar belakang kebudayaan terdiri dari banyak sebab, baik secara budaya, latar
belakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan tersebut akan
berpengaruh karna dapat membentuk kepribadian yang berbeda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi perubahan itu berlangsung
cepat dan bahkan mendadak, perubahan tersebut dapatmemicu terjadinya konflik
sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai
lama di masyarakat tradisisonal yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktuaral yang disusun dalam organisasi
formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan wktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi
pembagian waktu yang tegas sseperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia
industri.
Perubahan-perubahan
ini terjadi secara cepat dan mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses
sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk
perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah
ada.
E.
Jenis-jenis Konflik
Indonesia
adalah salah satu negara yang berpotensi konflik. Dilihat dari berita-berita di
media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia. Konflik dalam masyarakat
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Berdasarkan Sifatnya
a. Konflik destruktif
Merupakan
konflik yang membawa akibat kurang menguntungkan bagi pihak yang berkonflik.
Konflik destruktif dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda,
persaingan, perasaan cemas dan sebagainya. Konflik destruktif dapat terjadi
karena perasaan tidak senang atau benci. Contoh konflik destruktif adalah
konflik di Sambas.
b. Konflik konstruktif
Adalah
suatu konflik yang terjadi karena adanyaperbedaan pendapat dalam menghadapi
suatu masalah. Konflik konstruktif mampu membawa ke arah keuntungan dan akibat
yang membangun, konflik ini bersifat fungsional. Hasil dari konflik konstruktif
diantaranya menghasilkan suatu konsesus atau kesepakatan dari perbedaan
tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan. Contoh konflik
konstruktif adalah perbedaan pendapat dalam rapat. Konflik konstruktifdapat
menghasilkan keuntungan diantaranya meningkatkan inisiatif dan kreatifitas, dan
surutnya ketegangan pribadi.
2. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
a. Konflik vertikal
Konflik
vertikal adalah konflik yag terjadi antara lapisan dan komponen masyarakat yang
berbeda atau bertingkat. Misalnya seperti konflik masyarakat dengan negara
seperti yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat, buruh dengan majikan,
konflik aceh dan sebagainya.
b. Konflik
horizontal
Merupakan
konflik yang terjadi dalam satu lapisan sosial yang sama. Konflik horizontal
misalnya konflik yang terjadi antarsuku bangsa, antarras, antaragama,
antargolongan seperti yang terjadi di Papua, Poso dan sebagainya. Konflik ini
terjadi karena para pelaku yang berkonflik kedudukannya sama, tidak ada yang
lebih tinggi atau lebih rendah.
c. Konflik diagonal
Konflik
diagonal merupakan konflik yang terjadi kerena adanya ketidak adilan alokasi
sumber daya keseluruhan organisasi sehingga dapat menimbulkan pertentangan yang
ekstrim. Misalnya pertentangan atau konflik di Aceh.
3.
Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
a.
Konflik terbuka, yaitu konflik yang diketahui oleh semua pihak, misalnya
konflik yang dialami para artis.
b.
Konflik tertutup, merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau
kelompok yang terlibat dalam konflik.
4.
Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia
a.
Konflik sosial
Yaitu
konflik yang sering terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari
pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara lapisan sosial yang
berbeda. Misalnya konflik yang terjadi antara pemerintah dengan warga
masyarakat.
2)
Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi antara kelompok atau individu
dalam kelas atau lapisan sosial yang sama. Misalnya konflik antarsuku,
antaretnis, antarras dan sebagainya.
b.
Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
yang berkaitan dengan kekuasaan. Misalnya konflik kekuasaan yang terjadidi
Thailand.
c.
Konflik ekonomi, yaitu konflik ekonomi yang terjadi karena adanya masalah
ekonomi, misalnya perebutan sumber daya ekonomi dan sebagainya. Contohnya
konflik yang terjadi dalam kepentingan ekonomi antara pengusaha dan buruh.
d.
Konflik budaya, yaitu konflik yang terjadi krena adanya perbedaan kepentingan
budaya budaya dari pihak yang berkonflik. Konflik budaya misalnyakonflik yang
terjadi antara dua kebudayaan yang berbeda.
e.
Konflik ideologi, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan paham yang
diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Konflik ideologi misalnya
konflik yang terjadi antara massa akhmadiah dengan massa FPI.
5.
Berdasarkan Cara Pengolahannya
a.
Konflik interindividu
Merupakan
konflik yang terjadi karena ada kaitan erat dengan emosi individu hingga
tingkat keresahan yang paling tinggi. Konflik ini terjadi didalam diri manusia.
Misalnya seorang hakim yang harus memutuskan perkara untuk adiknya yang
bersalah. Hakim ini akan mengalami konflik peran antara menunjukkan loyalitas
sebagai hakim dan mempertimbangkan adiknya yang jadi tersangka.
b.
Konflik antarindividu
Merupakan
konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang lainnya. Konflik ini
menyangkut perbedaan pendapat, ide, gagasan, kepentingan, bahkan emosional.
Konflik seperti ini hampir pasti pernah di alami oleh setiap individu.
c.
Konflik antarkelompok
Merupakan
konflik yang terjadi antara kelompok satu dengan kelompok lain. Konflik ini
dapat di jumpai dalam masyarakat. Misalnya konflik yang terjadi antarkampung.
F.
Dampak Konflik
Konflik
yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang kurang baik.
Konflik akan berakibat positif ketika konflik yang terjadi membawa keuntungan
bagi pihak yang berkonflik. Untuk itu, maka konflik perlu dikelola secara baik
dan benar sehingga dapat meminimalisir dampak negatif konflik.namun, tidak ada
konflik yang tidak membawa akibat bagi masyarakat. Konflik mempunyai dampak dan
akibat baik langsung ataupun tidak langsung, baik positif ataupun negatif.
Dampak
langsung konflik diantarnya rusaknya harta benda, timbulnya korban jiwa,
keretakan hubungan, kemiskinan bertambah, rusaknya sarana dan prasarana dan
sebagainya. Contohnya seperti dampak dari konflik Irak dengan Amerika yang
membawa dampak langsung yang bersifat negatif bagi penduduk Irak.Dampak tidak
langsung dirasakan oleh pihak yang tidak terlibat dalam konflik.
Dampak
terjadinya konflik diantaranya:
1.
Aspek sosial budaya
Dampak
negatif:
·
Memperjelas jarak sosial
·
Perubahan kepribadian para individu
·
Dominasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertikai tidak seimbang)
·
Takluknya salah satu pihak karena dominasi
Dampak
positif:
·
Memperkuat solidaritas internal kelompok
·
Pertentangan dua kubu memunculkan simpati dari orang/kelompok lain
·
Akomodasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertentangan seimbang)
2.
Aspek hukum
·
Pelanggaran HAM
·
Masalah kepemilikan tanah
3.
Aspek ekonomi dan tata ruang kota
·
Kehilangan lapangan pekerjaan
·
Muncul lapangan kerja baru
·
Masalah daerah kumuh
4.
Aspek kependudukan
·
Perpindahan penduduk (karena konflik berkepajangan)
·
Muncul masalah sosial lainnya seperti kesehatan, keamanan, ketenagakerjaan,
dsb.
5.
Aspek pemerintah dan pelayanan publik
Banyaknya
penduduk yang migrasi memunculkan kepadatan dan kemacetan sehingga berimbas
pada pelayanan publik.
G.
Cara Mengatasi Konflik
1.
Koersi (coersion), yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan
paksaan. Paksaan merupakan suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan
menggunakan paksaan fisik maupun psikologis. Dalam pelaksanaan akomodasi ini
salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah.
2.
Kompromi (compromise), yaitu suatu bentuk akomodasi yang dilakukan dimana
pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian
dari perselisihan.
3.
Arbitrasi (arbitration), yaitu konflik yang dihentikan dengan cara mendatangkan
pihak ketiga untuk memutuskan dan kedua belah pihak yang bertikai harus
mentaati keputusan tersebut karena bersifat mengikat.
4.
Mediasi (mediation), yaitu penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga
yang bersifat netral dan tidak hanya berfungsi sebagai penasihat. Keputusan
dari pihak ketiga ini tidak mengikat.
5.
Toleransi (tolerantion), yaitu suatu bentuk akomodasi dimana ada sikap saling
menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak yang berkonflik.
Bentuk akomodasi ini disebut juga tolerant-participation. Bentuk ini merupakan
suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang-kadang toleransi timbul
secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
6.
Konversi (convertion), yaitu penyelesaian konflik apabila salah satu pihak
bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
7.
Konsiliasi (consiliation), yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
8.
Adjudukasi (adjudication), yaitu suatu penyelesaian konflik melalui
pengadilan.
9.
Stalemate, yaitu suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki
kekuatan seimbang, namun terhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya karena kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi untuk maju
atau mundur.
10.
Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya untuk
melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur korban tewas, berunding, dan
sebagainya.
11.
Segregasi (segregation), yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan
saling menghindar diantara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka
mengurangi ketegangan.
12.
Dispasement, yaitu usaha untuk mengakhiri konflik dengan mengalihkan perhatian
pada objek masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Konflik
sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak
lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam,
menekan, hingga saling menghancurkan. Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta,
rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sudah tidak aneh lagi
apabila didalam suatu kebudayaan seringkali terjadi konflik dan pertentangan
antar anggota. Maka dari itu terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meredakan konflik yang terjadi yakni, koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi,
toleransi, konversi, konsiliasi, adjudikasi, stalmate, gencatan senjata,
segregasi, dan dispasement.
B.
Saran
Untuk
menjadi warga negara Indonesia yang baik tentu saja setiap orang diharuskan
untuk menjaga perdamaian, ketentraman, keadilan dan keamanan di negara
Indonesia. Banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya dengan cara menjauhi
hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik.
No comments:
Post a Comment